Pak Guri dan Komidi Putar
Oleh : Ganda Rudolf
Pak
Guri Gurita dan Paman Geni Kuda Laut sedang bersedih. Pertunjukkan sirkus kecil
mereka mulai tidak laku. Aksi juggling yaitu melempar tiga bola kecil di depan
dada tidak lagi memukau anak-anak ikan. Bahkan aksi memutar piring-piring
diatas tongkat kurus tidak lagi membuat betah para penonton cilik itu. Mata-mata
mungil itu pasti segera mengarah ke barat. Tak lama kemudian satu-persatu
beranjak ke sana. Hingga tak seekor penonton tersisa.
“Entahlah.
Mungkin ada tontonan yang lebih seru di sana,” kata Paman Geni sambil menurunkan
kedua tongkat kurus dan menangkap piring-piring kecil yang mulai berputar lemah.
Mereka dengan lesu membenahi alat-alat sirkusnya.
Dulu,
banyak anak ikan berdecak kagum dengan atraksi sirkus mereka. Kini entah
mengapa sudah tiga hari ini penonton mereka mulai menyusut.
“Apakah
aku harus menambah bola lagi menjadi empat, lima, enam bahkan delapan agar permainanku
menarik?” gerutu Pak Guri mulai melangkah.
“Aku
juga. Apakah aku harus menggigit tongkat tiga, empat, atau seterusnya hingga
anak-anak itu memekik histeris saking takjubnya?” timpal Paman Geni di belakang.
Selama
di perjalanan pulang, mereka tak menghiraukan anak-anak ikan yang berenang ke arah
berlawanan dengan mereka.
“Cepat
sedikit, nanti ibu marah kalau ketahuan kita pergi ke sana,” sentak ikan badut kecil
kepada adiknya.
Mendadak
Pak Guri menghentikan langkahnya membuat Paman Geni tersentak nyaris menabraknya.
“Bukankah
arah yang mereka tuju itu ke barat yang berarti mendekati daratan?” pekik Pak
Guri menoleh ke sahabat.
“Betul,
dan biasanya para orangtua melarang anaknya muncul ke permukaan laut atau
dekat-dekat dengan pinggiran pantai karena berbahaya!” sahut Paman Geni tegang.
“Astaga!
Ayo kita cegah mereka!” teriak Pak Guri.
Maka,
bergegaslah mereka ke barat.
Saat
tiba disana, mereka tercengang melihat begitu banyak anak ikan bermunculan di
permukaan laut.
Pak
Guri lekas naik ke permukaan. Dalam suasana langit sore, ia melihat sebuah wahana
yang sangat besar dengan banyak patung kuda-kudaan yang berpacu membawa anak-anak
manusia mengelilingi plaform datar. Ya, ada sebuah karnaval meriah di pinggir
pantai itu. Pekikan gembira saling beradu dengan musik latar yang membuat
suasana ramai dan ceria. Itulah yang menjadi pusat perhatian anak-anak ikan.
“Ayahku
bilang itu namanya komidi putar,” sahut seekor ikan kepe-kepe kecil kepada
temannya.
“Wah,
gimana, ya, rasanya berada di atas kuda itu?” gumam ikan dakocan kecil.
“Lihatlah!
Betapa gembiranya anak-anak
manusia itu menunggang kuda,” iri udang mantis kecil.
Anak-anak
ikan saling memberi komentar akan ketakjuban mainan di pinggir pantai itu.
“Hei,
ayo, cepat! Bubar! Bubar kalian semua!” seru Pak Guri marah, membuyarkan tontonan
anak-anak ikan. “Tidak tahukah kalian, di atas ini sangat berbahaya!”
“Kalian
bisa jadi makanan empuk burung camar! Atau para nelayan!” Paman Geni ikut
memarahi.
“Ayo,
bubar! Bubar!”
Para
anak ikan berhamburan pergi dengan wajah cemberut.
Pak
Guri yang melihatnya merasa tak enak hati karena sudah melenyapkan keasyikkan
anak-anak ikan itu. Tapi, itu harus dilakukan demi keselamatan mereka.
Pak
Guri kembali menoleh ke komidi putar di tengah karnaval itu. Wajahnya berkilat
gembira. Ia berpaling pada Paman Geni di sampingnya.
“Sepertinya
aku ada ide untuk menghibur anak-anak ikan tadi,” katanya dengan mata bersinar.
Keesokkan
harinya, di tempat biasa sirkus kecil Pak Guri pentas, terlihat bukan hanya Pak
Guri dan Paman Geni saja di sana. Kali ini ada tujuh ekor kuda laut teman Paman
Geni.
Mereka
tidak melakukan atraksi seperti biasanya. Melainkan Paman Geni dan ketujuh
temannya masing-masing memegang lengan Pak Guri yang mekar berputar perlahan-lahan.
Anak-anak
ikan yang melintas terhenti langkahnya karena tertarik dengan apa yang sedang
dilakukan Pak Guri dan teman-temannya itu. Mereka seperti pernah melihat
permainan itu.
“Ayo, anak-anak.
Mampirlah ke komidi putar kami. Naiklah ke punggung kuda ini dan rasakan
sensasinya,” promo Pak Guri sambil terus memutar tubuhnya yang berwarna merah.
Anak-anak
ikan yang mendengarnya memekik gembira.
“Wah,
Komidi Putar! Yuk kita coba!” seru salah seekor anak ikan. Teman-teman di
belakangnya mengikuti.
Demikianlah,
kini sirkus kecil Pak Guri dan Paman Geni kembali ramai dengan hiruk pikuk
gembira anak-anak ikan berkat komidi putar ala Pak Guri.
Pak Guri senang,
anak-anak ikan pun gembira karena tidak perlu lagi ke barat yang sangat
membahayakan nyawa hanya untuk menonton komidi putar. Sekarang, mereka bisa ikut
merasakan sendiri asyiknya berada di komidi putar.
Cerita ini diikutkan dalam Lomba Cerpen Anak Gurita 2013
keren, mas Ganda Rudolf, ceritanya ^^ Sukses yaa
BalasHapusThanks, Mbak. Mudah2an ceritanya juga disukai panitianya ya hehe.
BalasHapus