Judul : Aku Keren!!
Penulis : Nurhayati Pujiastuti
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan : Pertama, Juli 2016
Tebal : 340 halaman
Penulis : Nurhayati Pujiastuti
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan : Pertama, Juli 2016
Tebal : 340 halaman
Definisi
keren bagi tiap remaja berbeda-beda. Namun, sebagian besar dari mereka
menilainya hanya bersandar pada perasaan dan akal. Mereka menganggap keren itu
berpenampilan fisik menarik, pintar, modis, dan gaul. Padahal, standar keren
tidaklah sedangkal itu.
Buku
ini membantu para remaja menjadi keren dengan berpikiran dewasa. Remaja berusia
12 hingga 18 tahun. Fisik mereka berkembang karena perubahan hormon, begitu
juga pola pikir. Pada masa ini, remaja menjadi lebih condong dekat pada teman
daripada orangtua.
Padahal,
pada usia ini dia sedang mencari jati diri, bila tanpa bimbingan bisa
membingungkan. Mereka merasa sudah besar dan berpikir tidak memerlukan lagi
bimbingan orangtua. Maka, ada baiknya remaja tetap mencari cara agar bisa
berteman dengan orangtua, misalnya, bermain catur, menonton film, atau sesekali
memasak bersama (hal 35).
Tidak
semua bisa menjadi orangtua. Tetapi, ada banyak
yang bisa selesai jika dibicarakan. Jadi, berbicara mengenai
ganjalan hati sangat penting agar bisa
dipecahkan bersama orangtua. Buku ini membantu remaja memahami lebih banyak
lagi soal orangtua agar dapat menyikapi secara positif.
Ada
kiasan penting dijadikan bekal memilih teman, “Bertemanlah dengan seseorang
seperti pedagang minyak wangi daripada seperti pemungut sampah” (hal 52).
Kiasan ini menandakan, seorang teman
bisa berdampak baik dan buruk.
Remaja
belum banyak pengalaman sehingga mudah terpengaruh. Langkah paling aman memilih teman yang baik. Buku ini memberikan
beberapa tips dalam memilih teman. Di zaman modern sekarang, menjadi remaja
pintar tidaklah cukup, tapi juga harus kuat secara prinsip (hal 169).
Setiap
orang bisa menjadi kuat. Seseorang yang lemah biasanya terjadi karena orangtua
yang mengajarkan untuk menjaga perasaan orang lain. Mereka menjaganya dengan
menahan diri untuk tidak menyakiti perasaan orang lain, akhirnya, tidak berani bicara terus terang
tentang kebenaran (hal 170). Oleh karena itu, untuk menjadi remaja kuat,
beranilah mengatakan “tidak” kepada mereka yang hanya memanfaatkan.
Nama saya yang cameo di buku ini |
Buku
ini juga menyikapi, cara menghadapi, dan membantu pelaku bullying untuk
introspeksi. Sebenarnya, kebanyakan pelaku bullying tidak memahami tindakannya.
Internet sesungguhnya salah satu teknologi yang bisa sangat bermanfaat. Begitu juga dengan media sosial. Sayangnya, banyak anak-anak tidak paham menggunakan media sosial secara baik. Buku ini membuka mata para remaja agar bijak menggunakan media sosial supaya tidak bergantung padanya dan tetap menikmati kehidupan di dunia nyata.
Internet sesungguhnya salah satu teknologi yang bisa sangat bermanfaat. Begitu juga dengan media sosial. Sayangnya, banyak anak-anak tidak paham menggunakan media sosial secara baik. Buku ini membuka mata para remaja agar bijak menggunakan media sosial supaya tidak bergantung padanya dan tetap menikmati kehidupan di dunia nyata.
Para remaja perlu membaca buku tersebut agar termotivasi, bukan sekadar paham diri sendiri. Mereka juga
harus memahami orangtua, lingkungan, dan mimpi-mimpi masa depan.
Diresensi Ganda Rudolf, Alumnus AMIK Master Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar