Judul Buku : The Strawberry Surprise
Penulis : Desi Puspitasari
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Mei 2013
Tebal : 276 halaman
Penulis : Desi Puspitasari
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Mei 2013
Tebal : 276 halaman
Stroberi itu buah penuh kejutan. Rasanya kadang
manis, kadang masam. Seperti memiliki kemungkinan yang tidak terduga. Contohnya
dari semangkuk penuh stroberi. Ambil satu stroberi. Angkat dan perhatikan
baik-baik. Daging buahnya merah, berbintik-bintik cerah. Coba gigit, lalu
kunyah-kunyah. Bagaimana? Uh! Masam! Kecut sekali!
Sekarang ambil satu lagi stroberi yang lain. Kali
ini ia terlihat biasa saja. Tidak terlalu merah. Berbintik-bintik menyedihkan. Bahkan,
permukaan yang berada di dekat daun berwarna kuning, seolah terlalu banyak
terkena sinar matahari. Sekarang coba gigit, kunyah, dan rasakan. Bagaimana?
Ternyata…manis! Sangat manis! (Prolog)
Nah, novel ini adalah kisah tentang sang ‘stroberi
kusam’, tidak menarik penampilannya namun ternyata sangat manis!
Adalah Aggi yang dianalogikan sebagai stroberi kusam
itu. Secara fisik, dia jauh dari kata
cantik. Terkesan ndeso dan kusam dengan
celana jin kargo, jin pudar yang sedikit lusuh, kaus oblong yang ditumpuk
kemeja lengan panjang dan ransel. Yang lebih senang mengikat rambut gaya ekor
kuda atau cepol di bagian bawah. Bersepatu kets.
Namun, bagi Timur (sejenis pria yang dapat
menaklukkan perempuan cantik mana pun dengan mudah) justru Aggi adalah
perempuan yang patut dimiliki.
Apa yang membuat Aggi begitu istimewanya di mata
Timur sehingga membuatnya ingin kembali menyatukan relasi yang telah putus selama lima
tahun lamanya?
Kisah cinta yang unik yang dibalut dengan keindahan
kota Yogyakarta dan Bandung. Terkesan detail dan terasa nyata penggambarannya
oleh Desi Puspitasari. Dalam beberapa halamannya, pembaca juga diberi
pengetahuan tentang dunia fotografi dan bahkan tentang teknik menggunakan
kamera tua Penta Mx yang dipakai oleh Aggi ketika memotret.
Ada moment-moment yang saya sukai dalam novel ini.
Ketika skenario pertemuan kembali yang pertama kali di Amfiteater Taman Budaya
Yogyakarta antara Aggi dengan Timur (hal 27-42). Ketika Inda (mantan Timur yang
masih mengejarnya) tanpa sepengetahuannya, janji untuk acara pemotretan membuat Timur terancam batal bertemu
dengan Aggi yang selama dua minggu lamanya belum ketemuan (kangen sekali). Ternyata, Aggi
menyusulnya di sebuah kafe tempat Inda berpose untuk foto kover albumnya. Timur
gembira karena ia sudah memenuhi janji Inda sekaligus dapat bertemu juga dengan
Aggi (hal 177-194). Ini hadiahnya :
“Saya ada janji dengan seorang
teman. Boleh saya melihat sebentar untuk memastikan dia ada…”
Pelanggan di sebelah menepuk
bahu Aggi. Aggi menoleh. Timur memperhatikannya dengan tidak percaya. Aggi baru
akan berkata “hai” ketika Timur memeluknya.
Dipeluk tiba-tiba begitu.
Aggi tersentak kaget. Namun, dia tidak bisa
bergerak karena berada dalam dekapan kuat laki-laki di depannya. Dia tidak tahu
bagaimana sampai akhirnya memutuskan untuk pasrah. Bahunya relaks. Tangannya
balas menempel di sisi samping punggung Timur. Seluruh perasaan kesalnya
menguap. Kepalanya terasa ringan. Aroma cologne laki-laki yang dihafal. Nyaman sekali.
Seperti meringkuk di dalam selimut saat hujan pada pagi hari (hal 190).
By : Ganda Rudolf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar