Senin, 25 Agustus 2014

Kisah Cinta Rasa Strawberry

Judul Buku   : The Strawberry Surprise
Penulis         : Desi Puspitasari
Penerbit       : Bentang Pustaka
Cetakan       : Pertama, Mei 2013
Tebal            : 276 halaman


Stroberi itu buah penuh kejutan. Rasanya kadang manis, kadang masam. Seperti memiliki kemungkinan yang tidak terduga. Contohnya dari semangkuk penuh stroberi. Ambil satu stroberi. Angkat dan perhatikan baik-baik. Daging buahnya merah, berbintik-bintik cerah. Coba gigit, lalu kunyah-kunyah. Bagaimana? Uh! Masam! Kecut sekali!
Sekarang ambil satu lagi stroberi yang lain. Kali ini ia terlihat biasa saja. Tidak terlalu merah. Berbintik-bintik menyedihkan. Bahkan, permukaan yang berada di dekat daun berwarna kuning, seolah terlalu banyak terkena sinar matahari. Sekarang coba gigit, kunyah, dan rasakan. Bagaimana? Ternyata…manis! Sangat manis! (Prolog)

Nah, novel ini adalah kisah tentang sang ‘stroberi kusam’, tidak menarik penampilannya namun ternyata sangat manis!
Adalah Aggi yang dianalogikan sebagai stroberi kusam itu.  Secara fisik, dia jauh dari kata cantik. Terkesan ndeso dan kusam  dengan celana jin kargo, jin pudar yang sedikit lusuh, kaus oblong yang ditumpuk kemeja lengan panjang dan ransel. Yang lebih senang mengikat rambut gaya ekor kuda atau cepol di bagian bawah. Bersepatu kets.
Namun, bagi Timur (sejenis pria yang dapat menaklukkan perempuan cantik mana pun dengan mudah) justru Aggi adalah perempuan yang patut dimiliki.
Apa yang membuat Aggi begitu istimewanya di mata Timur sehingga membuatnya ingin kembali menyatukan relasi yang telah putus selama lima tahun lamanya?
Kisah cinta yang unik yang dibalut dengan keindahan kota Yogyakarta dan Bandung. Terkesan detail dan terasa nyata penggambarannya oleh Desi Puspitasari. Dalam beberapa halamannya, pembaca juga diberi pengetahuan tentang dunia fotografi dan bahkan tentang teknik menggunakan kamera tua Penta Mx yang dipakai oleh Aggi ketika memotret.
Ada moment-moment yang saya sukai dalam novel ini. Ketika skenario pertemuan kembali yang pertama kali di Amfiteater Taman Budaya Yogyakarta antara Aggi dengan Timur (hal 27-42). Ketika Inda (mantan Timur yang masih mengejarnya) tanpa sepengetahuannya, janji untuk acara pemotretan membuat Timur terancam batal bertemu dengan Aggi yang selama dua minggu lamanya belum ketemuan (kangen sekali). Ternyata, Aggi menyusulnya di sebuah kafe tempat Inda berpose untuk foto kover albumnya. Timur gembira karena ia sudah memenuhi janji Inda sekaligus dapat bertemu juga dengan Aggi (hal 177-194). Ini hadiahnya :
“Saya ada janji dengan seorang teman. Boleh saya melihat sebentar untuk memastikan dia ada…”
Pelanggan di sebelah menepuk bahu Aggi. Aggi menoleh. Timur memperhatikannya dengan tidak percaya. Aggi baru akan berkata “hai” ketika Timur memeluknya.
Dipeluk tiba-tiba begitu.
    Aggi tersentak kaget. Namun, dia tidak bisa bergerak karena berada dalam dekapan kuat laki-laki di depannya. Dia tidak tahu bagaimana sampai akhirnya memutuskan untuk pasrah. Bahunya relaks. Tangannya balas menempel di sisi samping punggung Timur. Seluruh perasaan kesalnya menguap. Kepalanya terasa ringan. Aroma cologne laki-laki yang dihafal. Nyaman sekali. Seperti meringkuk di dalam selimut saat hujan pada pagi hari (hal 190).

By : Ganda Rudolf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar