Sabtu, 07 Desember 2013

BUNG KELINCI YANG CERDIK


  • Pemenang Harapan Lomba Cerpen Anak Universal Nikko 2013
Alangkah senangnya Bung Kelinci hari ini. Ia baru saja dari pasar membeli tepung, gula, telor, susu dan mentega.
“Aku akan membuat kue tart yang lezat hari ini,” ujarnya berjalan melompat-lompat menuju rumah. Bung Kelinci memang suka sekali membuat kue tart.
Tapi, ketika ia melintasi rumah Pak Serigala, ia merasa mendengar suara menyebut namanya. Maka, Bung Kelinci penasaran untuk menguping.
“Kamu tahu nggak, daging terlezat di hutan ini adalah daging Bung Kelinci?” kata Pak Serigala kepada sahabatnya, Bang Rubah.

“Dari mana kamu tahu? Bung Kelinci, kan, masih hidup? Kapan kamu mencicipinya?” jawab Bang Rubah polos.
“Bodoh kamu!” umpat Pak Serigala. ”Kita kan tahu, Bung Kelinci suka sekali makan kue tart?”
Bang Rubah mengangguk-angguk, tapi alisnya mengernyit. “Lalu apa hubungannya dengan daging Bung Kelinci yang lezat?”
Pak Serigala menepuk jidat. “Aduh, kamu bodoh sekali! Tentu saja. Karena  dia selalu makan kue tart yang manis, pasti dagingnya menjadi manis. Menurutmu daging seperti apa yang lezat itu?”
“Tentu saja yang manis,” jawab Bang Rubah cepat.
“Tepat!” kata Pak Serigala.”Nah, aku punya rencana. Bagaimana kalau sore nanti kita pura-pura bertamu ke rumah Bung Kelinci lalu kita tangkap dia untuk kita santap?”
Membayangkan bakal menyantap daging terlezat, Bang Rubah menjadi girang dan mengatakan,
“Asyik!”
Sementara di balik jendela, Bung Kelinci bergidik. Wajahnya pucat. Ia langsung lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Isi keranjangnya melompat-lompat seolah-olah sedang naik kuda.
 “Hosh, hosh, hosh,” sengalnya setelah sampai di rumah. “Celaka, hidupku akan berakhir hari ini kalau aku tidak mengambil tindakan.”
Maka mulai berpikir-pikirlah Bung Kelinci sambil membuat kue tart. Walau dirinya sedang dalam bahaya, membuat kue tart tidak boleh ditinggalkan.
“Tok, tok, tok,” Pintu rumah Bung Kelinci diketuk dari luar. Bung kelinci terkejut, tak menyangka hari sudah sore. Bung Kelinci bergegas menuju pintu depan.
“Selamat sore, Pak Serigala. Selamat sore, Bang Rubah? Ada angin apa kalian bertamu ke rumahku yang kecil ini?” Bung Kelinci pura-pura menyambut ramah.
“Selamat sore, Bung Kelinci,” balas Pak Serigala sangat ramah. “Kami dengar dari teman-teman di hutan, kue tart Bung kelinci sangat lezat sekali. Bolehkah kami mencicipinya sedikit saja?”
Bung Kelinci tersenyum dalam hati. Ia tahu bukan itu sebenarnya maksud kedatangan mereka.
“Oh, kebetulan sekali. Saya sedang membuat kue tart hari ini. Mari, silahkan masuk, Pak Serigala dan Bang Rubah,” Bung Kelinci membuka lebar-lebar pintu rumahnya.
“Oh, terima kasih, Bung Kelinci,” kata Pak Serigala. Ia masuk lalu duduk di ruang tamu diikuti Bang Rubah.
Bung Kelinci kembali ke dapur. Tapi, tiba-tiba mukanya melongok di ambang pintu.
“Hmm, maaf, Pak Serigala,” panggil Bung Kelinci dengan sopan. “Bisa kemari untuk membantu saya di dapur?”
“Oh, dengan senang hati,” Pak Serigala langsung sigap berdiri.
“Tolong hiasi kuenya, ya, Pak Serigala?” kata Bung Kelinci sambil menyerahkan plastik segitiga berisi butter cream. Maka mulailah Pak Serigala menghiasi kue itu.
Sementara serigala itu sibuk, Bung Kelinci diam-diam menghampiri Bang Rubah di ruang tamu.
“Bang Rubah, Bang Rubah,” bisik Bung Kelinci. ”Tadi waktu di dapur aku mendengar Pak Serigala berkata tidak mau membagi kue tart yang lezat sedikit pun kepada Bang Rubah.”
Mendengar itu Bang Rubah kaget dan wajahnya merah. Ia marah.
“Kalau kue tart saja dia tidak mau membagi, apalagi nanti setelah menangkap kelinci ini!” umpat Bang Rubah, tentu dalam hatinya.
Melihat raut wajah tamunya berubah yang berarti terpancing siasatnya, Bung Kelinci lekas berbisik lagi.
“Tapi, Bang Rubah jangan kuatir. Setelah saya menyuruh Pak Serigala duduk di meja makan. Bang Rubah cepat-cepatlah masuk ke dapur lalu bawa pergi kue tartnya dari sini.”
Bang Rubah tentu saja gembira dengan kebaikan Bung Kelinci.
Maka dijalankanlah rencana itu. Ketika Pak Serigala sudah duduk di meja makan, rubah itu membawa kabur kue tartnya. Tapi Bung Kelinci pura-pura panik menghampiri Pak Serigala.
“Pak Serigala, Pak Serigala. Celaka! Kue tartnya dibawa kabur Bang Rubah!”
“Apa!” sahut Pak Serigala sambil berlari keluar tanpa pamit.
”Rubah sialan. Berani-beraninya dia menipuku!” lanjutnya berteriak setelah jauh sekali dari rumah Bung Kelinci. “Kue tart saja dibawa kabur. Apalagi jika sudah menangkap Bung Kelinci! Awas, ya, kalau kutangkap!”
Semenjak serigala itu berlari keluar, Bung Kelinci sudah mengunci rapat-rapat pintu rumahnya. Ia menghela napas lega. Hari ini nyawanya selamat berkat kue tart. 
  • Fabel “Bung Kelinci yang Cerdik”, berhasil menjadi Pemenang Harapan Lomba Cerpen Anak Universal Nikko 2013 dengan juri Ali Muakhir. Diadakan oleh www.mayokoaiko.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar