Mungkin
itulah ejekan sinis (Bisa langsung diucapkan, bisa pula lewat senyuman penuh
arti, bahkan memandang secara aneh) teman, kolega, atau keluarga sendiri ketika
kita kepergok sedang asyik (memang hobi) membaca buku-buku anak seperti : Majalah Anak, Novel Anak, Cergam
Anak, Komik, dll.
Bisa
jadi, untuk menghindari rasa malu ada yang secara sembunyi-sembunyi membacanya.
Merepotkan, ya?
Padahal
bila memahami apa itu Cerita Anak, kita justru tidak perlu merasa kecil hati.
Baiklah,
berikut pengertian Cerita Anak yang saya kutip dalam buku “Menulis Kreatif
Cerita Anak” oleh Heru Kurniawan, Penerbit Akademia.
Pertama,
Cerita
anak itu bukan cerita yang (harus) ditulis anak-anak. Kenapa? Ya, yang ditulis
anak-anak pasti cerita anak, tetapi anak masih terbatas pengalamannya,
imajinasinya, penghayatan nilainya, dan petualangan hidupnya, dan semua ini
hanya dimiliki oleh orang dewasa. Maka, ORANG DEWASA perlu menulis cerita anak
agar pengalaman, imajinasi, pemahaman nilai anak bertambah banyak dan luas.
Kedua,
Yang
membaca cerita anak bukan harus anak-anak. Kenapa? Karena pengalaman, pengetahuan,
pemahaman, dan perkembangan moral anak masih terbatas. ORANGTUA perlu membaca
cerita anak dengan tujuan untuk mengkomunikasikan dan menjelaskannya kepada
anak, sehingga anak bisa memahami, menikmati, dan mengambil nilai dari cerita
anak.
Kedua
hal diatas memberi pengertian bahwa dalam mengembangkan dunia cerita anak
dibutuhkan ORANG DEWASA dengan tugas : menjadi penulis cerita anak dan menjadi
pendamping saat anak mendengar atau membaca cerita anak.
Jadi,
apakah kita harus mulai berhenti membaca Buku Anak hanya gara-gara malu nanti
ditertawakan orang lain?
Bila
masih merasa kecil hati, coba ingat-ingat! Jangan-jangan salah satu temanmu itu
penggila Playstation. Atau kolegamu punya koleksi miniatur Power Rangers. Bahkan
saudaramu marah kalau diganggu sedang khusyuk merakit Tamiya. Bukankah semua
itu sebenarnya hobi-hobi anak-anak? Hehehe. Ganda Rudolf
benar Mas. Yang berpikir agak miring itu sebenarnya belum tahu. Yah dimaklumi saja..hehehe
BalasHapusTerimakasih sudah mampir, Mbak Nia Wardany. Sempet bingung saya cek di FB kok nggak ada nama Ketty Husnia. Ternyata nama pena dari Mbak. Hehehe
BalasHapus